Dalam konteks pertanian berkelanjutan, fokus telah bergeser dari sekadar menambahkan pupuk kimia menjadi restorasi kesehatan ekosistem tanah secara menyeluruh. Kunci dari restorasi ini adalah bio-inokulan lokal, yang memperkenalkan Mikroba Penjaga (mikroorganisme bermanfaat) kembali ke dalam tanah yang mungkin telah rusak akibat praktik pertanian intensif. Mikroba Penjaga ini mencakup berbagai jenis bakteri dan jamur yang memiliki peran fundamental dalam siklus nutrisi, yang pada akhirnya meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Penggunaan Mikroba Penjaga lokal ini menawarkan solusi ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan pada input kimia, dan menjamin produktivitas pertanian jangka panjang.
Peran Vital Mikroorganisme dalam Siklus Nutrisi
Peran utama Mikroba Penjaga adalah mengubah bentuk nutrisi yang ada di dalam tanah menjadi bentuk yang mudah diserap oleh tanaman. Misalnya, bakteri penambat nitrogen (Rhizobium) bersimbiosis dengan akar tanaman legum untuk menarik nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi amonia, yang merupakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan. Jamur Mikoriza, jenis Mikroba Penjaga lain, memperluas jangkauan akar tanaman, membantu penyerapan air dan fosfor yang seringkali sulit dijangkau.
Aplikasi bio-inokulan lokal adalah praktik yang sangat terukur. Misalnya, pada lahan budidaya bawang merah di Lahan Uji Coba Pertanian Organik (LUPO) Jawa Tengah, tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 22 Juni 2025 melakukan uji coba inokulan berbasis Bacillus subtilis. Hasilnya, tanaman yang diinokulasi menunjukkan peningkatan serapan fosfor 45% lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, yang secara langsung menghasilkan peningkatan bobot panen rata-rata 18%.
Meningkatkan Ketahanan Tanaman
Selain berperan sebagai “pabrik” nutrisi, Mikroba Penjaga juga berfungsi sebagai agen biokontrol, yaitu pelindung alami tanaman. Beberapa strain jamur seperti Trichoderma mampu menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit tular tanah, seperti Fusarium dan Phytophthora. Ketika diaplikasikan ke tanah, mikroba ini membentuk koloni di sekitar akar (rizosfer), menciptakan penghalang fisik dan kimia yang mencegah serangan hama dan penyakit. Dengan demikian, kebutuhan petani untuk menyemprotkan fungisida kimia dapat dikurangi secara signifikan.
Untuk memastikan efektivitasnya, aplikasi bio-inokulan harus dilakukan pada waktu yang tepat, idealnya bersamaan dengan penanaman benih atau di awal musim tanam (misalnya, pada awal musim hujan, sekitar bulan November), dan disarankan suhu tanah berada di bawah 35∘C untuk menjaga viabilitas mikroba. Melalui strategi yang terintegrasi ini, petani dapat secara efektif menjaga dan meningkatkan kesehatan tanah, yang merupakan modal utama ketahanan pangan.